Wednesday, December 26, 2012

E-book Dalam Mahrab Cinta

Sinopsis buku :


Siang itu di pesantern Al-Furqon yang terletak didaerah Pagu, Kediri, Jawa Timur geger. Pengurus bagian keamanan menyeret seorang santri yang diyakini mencuri. Beberapa orang santri terus menghajar santri berambut gondrong itu. Santri itu mengaduh dan meminta ampun. “Ampun tolong jangan pukul saya, saya tidak mencuri!” Santri yang mukanya berdarah-darah itu mngiba.

“Ayo mengeku kalau tidak aku pecahkan kapalamu!” Teriak seorang santri berkopiah hitam berwajah sangat geram.

“Sungguh bukan saya pelakunya!” sirambut gondrong itu tetap tidak mau mengaku. Serta merta dua bogem pun mendarat diwajahnya. “Nih rasain pencuri!” teriak ketua keaman yang turut melayangkan pukulan. Si rambut gondrong mengaduh lalu pingsan. Menjelang ashar sirambut gondrong itu siuman. Ia dikunci digudang pesantren yang dijaga beberapa santri. Kedua tangan dan kakinya terikat. Air matanya meleleh. Ia meratapi nasibnya. Seluruh tubuhnya sakit. Ia erasa kematian telah berada didepan mata.

Diluar gudang para santri ramai berkumpul. Mereka meneriakan kemarahan dan kegeraman.

“Maling jangan diampuni!”

“Wong mailing kok ngaku-ngaku santri. Ini kurang ajar. Tak bisa diampuni!”

Ia menangis mendengar semua itu. Sepuluh menit kemudian pintu gudang terbuka. Ia sangat ketakutan. Tanpa ia sadari ia kencing dicelana saking takutnya. Para santri yang didera kemarahan menerobos masuk. Tapi Lurah Pondok menahan mereka sekuat tanaga. Pak kiai, Pengasuh pesantren masuk dengan wajah dingin.